Sabtu, 29 Oktober 2016

Narasi Anak Kecil - Layang-layang Alfart

Narasi Anak Kecil – Alfart sukai sekali dengan layang-layang. Di musim layang-layang th. ini, setiap sore, dia tentu ada di lapangan. Yah, walau cuma melihat beberapa rekannya bermain layangan, tanpa ada dapat turut ambillah sisi.

Sebenarnya, Alfart menginginkan turut bermain. Masalahnya dia tak miliki duit untuk beli layangan juga senarnya.

“Daripada buat beli layangan, tambah baik duitnya ditabung buat kepentingan sekolahmu atau yang lain, ” demikian emaknya Alfart menjawab saat Alfart minta uang untuk beli layangan serta senarnya. Alfart tidak ingin memaksa. Dia sadar hidup mereka pas-pasan. Emak benar.

Walau demikian, Alfart tidak ingin menyerah. Karenanya, dia memikirkan bagaimana caranya bermain layangan tanpa ada mesti menyusahkan emak?

Tersebut mengapa sore ini dia ada di lapangan. Tepatnya di segi luar lapangan. Dia lihat, mencermati, serta siap melakukan tindakan lebih cepat untuk menguber layangan putus. Dalam dunia perlayangan, layangan putus yaitu layangan tidak berpemilik yang dapat diklaim sepihak oleh siapa saja yang sukses memperolehnya. Serta itu gratis!

Alfart menginginkan memperoleh layangan gratis itu. Dia tak sendiri. Sebagian anak lain juga siap siaga rebutan layangan putus.

Sesudah menanti sebagian lama, terdengar pekik nada Zaki : “Layangan Fahri putus! ”

Sontak Alfart lari menguber layangan itu. Anak-anak pengejar layangan lain juga mulai lari menguber. Nada riuh anak-anak pengejar layangan terdengar. Layangan itu melayang-layang nyaris jatuh diatas tanah. Sayangnya Amir-lah yang sukses memperoleh layangan itu. Alfart tidak patah arang. Dia selalu coba selalu peruntungannya, namun itu bukanlah saat kemenangan baginya.

Hari semakin sore. Anak-anak yang bermain layangan mulai pulang satu per satu. Semangat Alfart pupus. Dia menginginkan pulang saja. Zaki serta Fahri menghampirinya. “Fart, anda ingin? ” bertanya mereka berdua, sembari tawarkan satu buah layangan. Mata Alfart berbinar-binar. Layang-layang dambaan ada disodorkan dua rekannya. Alfart menerimanya. 

Sabtu, 22 Oktober 2016

BACA ASAL MULA NAMA KOTA BENGKALIS

Asal mula nama kota Bengkalis di ambil dari kata ”Mengkal” yang bermakna sedih atau sebak serta “Kalis” yang bermakna tabah, sabar serta tahan ujian kata ini diambil dari ungkapan raja kecil pada pembantu serta pengikutnya pada saat baginda hingga di Pulau Bengkalis saat menginginkan merebut tahta Kerajaan Johor. Dengan ungkapan “Mengkal” rasa-rasanya hati ini lantaran tak disadari sebagai sultan yang memerintah negeri, tetapi tak mengapalah, kita masihlah ”Kalis” dalam terima kondisi ini.
Hingga hal semacam itu jadi buah bicara masyarakat kalau baginda tengah Mengkal namun masihlah Kalis pada akhirnya ungkapan itu jadi pengucapan, “oh baginda tengah Mengkalis “. Dari cerita ini timbullah kata ”Mengkalis”, serta bersamaan perjalanan saat beralih jadi kata Bengkalis.

Histori Bengkalis berawal saat Tuan Bujang dengan kata lain Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mendarat di Bengkalis pada th. 1722. Beliau disambut oleh Batin Senggoro serta sebagian batin pucuk suku “asli” Batin Merbau, Batin Selat Tebingtinggi dan sebagainya.

Berita Raja Kecil yaitu pewaris Kerajaan Johor makin menumbuhkan rasa hormat batin-batin disebut, hingga mereka mengusulkan supaya Raja Kecil bangunkan kerajaannya di Pulau Bengkalis.

Tetapi lewat musyawarah dengan Datuk Laksemana Bukit Batu, Datuk Pesisir, Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh serta Datuk Kampar serta beberapa batin, disetujui kalau pusat kerajaan didirikan di dekat Sabak Aur yaitu di Sungai Buantan satu diantara anak Sungai Siak. Pusat kerajaan itu didirikan pada th. 1723.
Kerajaan berikut lalu berkembang jadi kerajaan Siak Sri Indra Pura, yang pernah kuasai lokasi yang luas di pesisir pantai Sumatera sisi utara serta tengah hingga ke perbatasan Aceh.

Catatan histori tunjukkan, kalau Bengkalis pernah jadi basis awal Kerajaan Siak. Di Bengkalis-lah wawasan membangun Kerajaan Siak dimufakati. Serta di Bengkalis juga pertolongan moral dari rakyat digabungkan saat beliau keluar dari Bintan.

Histori juga mencatat, sesudah Belanda makin berkuasa, jadi Bengkalis juga sebagai tempat kedudukan Residen Pesisir Timur Pulau Sumatera berdasar pada kesepakatan dengan Sultan Syarif Kasim Abdul Jalil Syarifudin menyerahkan pulau Bengkalis pada Hindia Belanda tanggal 26 Juli 1823.
Lalu, dalam histori yang sama, sebelumnya kehadiran Raja Kecil, Bengkalis telah tunjukkan peran utama dalam arus jalan raya niaga di Selat Melaka. Terlebih sebagai persinggahan saudagar yang keluar masuk Sungai Siak.

Bahkan juga mulai sejak di Tapung (Petapahan) diketemukan timah (1674) serta emas, peran Bengkalis dalam jalinan Melaka dengan kerajaan di pesisir timur Sumatra makin besar, terlebih di saat berdirinya Kerajaan Gasib.